OMED-OMEDAN
Hari Raya Nyepi memang telah berlalu belum lama ini, tapi ada satu
ritual setelahnya yang masih menyisakan kesan menarik. Pernahkah kamu
mendengar kata Omed-omedan? Kata ini mungkin masih asing bagi sebagian
orang. Tapi ternyata tradisi Omed-omedan di Bali adalah sebuah tradisi yang juga berhasil memikat perhatian wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.
Secara harfiah, omed-omedan berarti tarik-menarik. Omed-omedan
adalah tradisi turun temurun yang telah dilakukan oleh kelompok warga
(atau disebut dengan “Banjar”) Kaja, Desa Adat Sesetan, Denpasar
Selatan, Bali. Saat ini, tradisi yang konon telah ada sejak abad
ke-17 diartikan sebagai tradisi ciuman massal antara pemuda dan pemudi
yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi.
Awal mula tradisi omed-omedan
Seperti ritual lainnya, kemunculan omed-omedan juga bukan tanpa
kisah. Konon, tradisi unik ini berawal dari kisah di kerajaan kecil di
daerah Denpasar Selatan. Suatu hari, seorang raja yang sedang sakit
merasa terganggu oleh suara gaduh yang bersumber dari permainan anak
laki-laki dan perempuan yang sedang bermain dan saling tarik.
Berang dengan suara bising, sang raja pun keluar dengan maksud
menghentikan keributan tersebut. Tapi yang terjadi justru di luar
dugaan. Alih-alih mengeluarkan amarah, sang raja justru tiba-tiba merasa
sehat dan sembuh total. Karena itulah, sang saja menyerukan supaya
tradisi omed-omedan digelar setiap tahun setelah Nyepi, yaitu pada hari
Ngambek Geni.
Pelaksanaan omed-omedan, melibatkan muda mudi di Banjar Kaja
Dalam tradisi ini, muda-mudi dipecah menjadi dua kelompok, yakni
kelompok laki-laki (teruna) dan perempuan (teruni). Sebelum melakukan
ritual, semua peserta wajib mengikuti upacara atau sembahyang bersama di
Pura Banjar, di mana mereka akan dipercikkan air suci. Dalam
sembahyang ini juga dipertunjukkan tarian ritual yang dimaksudkan untuk keselamatan, agar pelaksanaan acara ini senantiasa lancar tanpa halangan apapun.
Kedua kelompok ini kemudian baris berhadapan dengan dipandu pecalang.
Setelahnya, secara bergantian dipilih seorang dari masing-masing
kelompok untuk diangkat dan diarak. Kedua muda-mudi yang berada di
posisi terdepan harus saling berpelukan dan berciuman. Ciuman ini akan
berhenti setelah tetua adat membunyikan peluit atau menyiramkan air
kepada peserta.
Namun, tradisi omed-omedan ini kabarnya pernah dihentikan karena
dianggap tidak sesuai dengan adat ketimuran. Tapi karena dianggap
sakral, muncul kekhawatiran akan terjadi hal yang tidak diinginkan
menimpa warga jika tradisi ini tidak diteruskan. Peserta acara
omed-omedan juga tidak sembarangan; mereka yang mengikuti omed-omedan
wajib berusia 17 – 30 tahun, atau yang sudah dewasa namun belum menikah.
Omed-omedan ini berlangsung sekitar 2 jam atau hingga seluruh peserta
mendapat kesempatan untuk melakukan omed-omedan. Tak hanya peserta yang
menikmati keseruan ini, rupanya penonton juga ikut berpartisipasi
memeriahkan acara. Setiap penggelaran omed omedan, banyak penonton yang
saling berdesakan menyaksikan tradisi unik ini juga tak luput dari
siraman air yang dilakukan panitia acara. Memang, panitia juga menyiram
penonton yang dianggap mengganggu ketertiban jalannya acara, meski hal
tersebut tidak dianggap sebagai masalah karena acara berlangsung sangat
meriah.
Omed-omedan, tradisi penyambung silaturahmi dan penarik wisatawan
Tak semata-mata sebagai ritual, tradisi omed-omedan juga dianggap
sebagai wujud silaturahmi sesama warga, ajang menjaga keharmonisan dan
solidaritas masyarakat. Karena kesibukan warga bekerja dan sekolah
setiap hari, maka waktu untuk bertemu dengan warga sekitar terbatas.
Melalui kesempatan inilah mereka bisa menjaga keakraban antar warga.
Terlepas dari segala kontroversi terkait tradisi ini, omed-omedan
tetap dijalankan sampai sekarang. Bahkan tradisi ini sukses menarik
minat wisatawan lebih banyak setiap tahunnya. Acara ini juga dianggap
menjadi objek menarik bagi kalangan wisatawan yang tertarik dengan
kultur tradisional unik maupun penggemar fotografi dan para wartawan
yang berlomba-lomba mengabadikan momen langka tersebut.
Sumber : www.pegipegi.com › Beranda › Tempat Wisata › Event & Festival
Sumber : www.pegipegi.com › Beranda › Tempat Wisata › Event & Festival
Tidak ada komentar:
Posting Komentar